"KOMISI 1 : EVALUASI JABATAN TINGGI PRATAMA DAN STAF AHLI BUPATI" "KOMISI 2 : EVALUASI TATA KELOLA PASAR MILIK PEMERINTAH DAERAH" | SEGENAP PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD SERTA SEKRETARIS DPRD BESERTA STAF MENGUCAPKAN SELAMAT DAN SUKSES ATAS DILANTIKNYA BAPAK MOCHAMMAD NUR ARIFIN, SE. M.PSDM DAN BAPAK SYAH MOHAMMAD NATA NEGARA SEBAGAI BUPATI DAN WAKIL BUPATI TRENGGALEK MASA JABATAN 2025-2030 | Agenda hari Senin, 16 Juni 2025 : Rapat Paripurna Penyampaian Jawaban Bupati Atas Pandangan Umum Fraksi-Fraksi terhadap Raperda tentang RPJMD Kabupaten Trenggalek Tahun 2025-2029 dan Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Trenggalek Tahun Anggaran 2024
Kegiatan AKD

Komisi 2 DPRD Kabupaten Trenggalek Melakukan Evaluasi Kinerja PT.JET

post-img

Kinerja direksi Perseroan Terbatas Jwalita Energi Trenggalek (PT JET) mendapat perhatian khusus dari  Komisi II DPRD Kabupaten Trenggalek, karena dinilai tidak menunjukkan performa bisnis yang sehat. Ketua Komisi II DPRD Trenggalek, Mugianto menyebut bahwa meski perusahaan tersebut tidak mencatatkan kerugian secara formal, namun keuntungan yang diperoleh sangat minim dan tidak rasional secara hitungan bisnis. Evaluasi terhadap kinerja PT.JET dilaksanakan pada hari Jum’at . 11  April   2025 bertempat di Aula kantor DPRD Kabupaten Trenggalek.

                                

Komisi II juga menilai ada kelemahan serius dalam manajemen PT JET. Hal tersebut nampak dari laporan yang diterima, pendapatan bersih bulanan perusahaan sekitar Rp160 juta, namun pengeluaran mencapai Rp140 juta. Penilaian ini didasarkan pada data setoran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari PT. JET hanya berkisar Rp100 juta. Jumlah tersebut dinilai tidak sebanding dengan investasi dan aset yang dikelola. Lebih lanjut,  Mugianto menyampaikan pesimis dengan wacara pengembangan usaha lain yang bakal dikerjakan oleh PT JET karena justru akan membebani PT. JET dalam hal pengelolaan yang justru berpotensi mengurangi laba yang diperoleh.

                               

Menanggapi sorotan DPRD, Direktur PT JET, Mardianto Harahap menjelaskan bahwa salah satu kendala utama yang dihadapi perusahaannya adalah keterbatasan modal dan kondisi peralatan yang sudah usang. “Dispenser kami sudah tua dan losses (penyusutan volume BBM) kami tinggi. Akhirnya kami hanya mampu menyetor PAD Rp100 juta, padahal kerugian karena losses bisa mencapai Rp200-300 juta,” ungkap Mardianto.

Menurutnya, margin keuntungan dari Pertamina sudah jelas, namun keterbatasan modal membuat PT JET tidak leluasa membeli BBM dalam jumlah besar. Sementara saat ini, modal awal yang dimiliki hanya sekitar Rp649 juta, sedangkan untuk menebus BBM dari Pertamina dibutuhkan dana antara Rp900 juta hingga Rp1 miliar.

“Kami butuh tambahan modal Rp1 miliar untuk peremajaan dispenser dan Rp600 juta untuk tambahan modal kerja. Kalau modal itu terpenuhi, kami optimistis PAD bisa meningkat menjadi Rp200 juta, bahkan Rp300 juta di tahun 2027,” ujarnya.  Mardianto juga mengaku bahwa perawatan dan tera dispenser sudah rutin dilakukan setiap tahun, namun usia mesin yang sudah tua menyebabkan akurasi pengisian menjadi tidak optimal. “Dispenser kami rutin ditera, kita juga sudah servis setiap tahun. Namun selesai diperbaiki besuknya sudah lari (tidak sesuai takaran). Bahkan kalau peka, isi 1 liter dapatnya pasti lebih,” jelasnya.